banner 728x250

Meski Sukses Selenggarakan STQH, Direktur PT API Tetap Beri Klarifikasi Mengenai Maskot

banner 120x600
banner 468x60

Kendari, Sultrapost.net – Penyelenggaraan seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadis (STQH) Tingkat Nasional ke-28 tahun 2025 di Sulawesi Tenggara (Sultra) berlangsung secara hikmad dan penuh suasana islamik.

Meskipun sempat dilanda persoalan mengenai isu pemggunaan Maskot yang dianggap melecehkan agama, namun ivent nasional yang dihadiri langsung oleh Menteri Agama serta dibuka oleh Menko PMK sebagai perwakilan Presiden RI ni berjalan dengan lancar.

banner 325x300

Sejak pembukaan yang dilaksanakan pada Sabtu, 11 Oktober 2025 hingga penutupan terlihat sudah di lakukan persiapan dan akan di meriahkan dengan penampilan band Ungu dengan lantunan lagu-lagu islamik yang menyejekukan hati.

Menyikapi berbagai sepekulasi masyarakat terkait Maskot STQH, Direktur EO PT Argo Pesona Indonesia (API), Galih menegaskan bahwa sebagai pemenag tender, pihaknya hanya sebagai penyedia jasa yang memiliki kontrak kerja yang diberikan oleh pemberi kerja.

“Sebagai penyedia kami tentu memiliki kontrak kerja ya, sebagaimana pada umumnya pemerintah memberi kontrak pada penyedia jasa, maka penyedia jasa itu memliki kemampuan untuk membuat pekerjaannya yang ada didalam kontraktual dalam hal ini desain grafis,” ungkapnya, Jumat 17 Oktober 2025.

Galih menjelaskan bahwa biasanya pola pemberi kerja dan penyedia jasa tidak mungkin melakukan hal-hal diluar dari panduan.

“Namun pada kebiasaan umum juga pola kerja pemberi kerja dan penyedia jasa itu kami tidak mungkin melakukan hal-hal diluar dari panduan dan persetujuan, bahkan meletakkan kursi pun kami harus minta persetujuan untuk itu, nah sehingga memang dalam hal membuat desain grafis itu memang berdasarkan panduan,” ujarnya.

Tak hanya itu, Galih juga membeberkan bahwa memang pada umumnya desai Maskot biasanya diambil dari tumbuhan atau hewan endimik daerah tersebut.

“Jadi pada umumnya memang kegiatan MTQ mengambil Maskot kalau tidak tumbuhan-tumbuhan yang endemik di daerahnya atau memang hewan, sebagaimana kalau kita bisa googling di google, di Jawa Timur, di Kalimantan, di Lampung itu ada gambar yang mirip dengan endemiknya masing-masing daerah” kata Galih.

Galih mengaku, desain awal Maskot STQH tidak memegang apapun, nanti setelah dilakukan direvisi kemudian ada yang dipegang tetapi polos tidak menggambarkan apa-apa. Setelah itu pihaknya diminta untuk menambah kesan islamic.

“Karena kan kesan islamic itu baru ada di baju, ya kalau tidak salah, nah dirasa kurang maka kita diminta untuk menambahkan sampai jadilah seperti yang beredar itu. Bahwa kemudian diakhir itu dianggap tidak baik oleh masyarakat, kami pun bingung karena kami tidak punya kapasitas untuk menilai itu,” ucap Galih.

Galih juga menegaskan bahwa selain Maskot, seluruh desain yang di buat, sudah dipresentasikan kepada pihak pemberi kerja.

“Itu sudah dipresentasikan, sudah diminta persetujuan, berjenjang, sampai rapat di tingkat nasional melalui zoom gitu, melalui bahan presentasi kami, bahan presentasi kami itu kan ada semua desainnya, tidak ada satu pihak pun yang kemudian mekoreksi berkaitan dengan yang dimaksud (Maskot),” tegasnya.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *